GISWAF Menyapa Bursa, Ibukota Pertama  Dinasti Turki Utsmani

giswaf-menyapa-bursa-ibukota-pertama-dinasti-turki-utsmani

Gerakan Indonesia Sadar Wakaf (GISWAF) terselenggara pada hari Ahad, 29 Januari 2023, di kota Bursa, Turkiye. Orhan, putra Osman pendiri Kesultanan Utsmani berhasil menguasai Bursa dari Kekaisaran Romawi dan menjadikannya ibukota pertama Utsmaniyah pada tahun 1324 M. Dinasti yang bertahan lebih dari 6 abad ini pernah menguasai 3 benua yaitu Eropa, Afrika dan Asia kala itu. Kini, kota terbesar keempat di Turkiye ini dihuni lebih dari 3.2 juta penduduk. Sejumlah pengakuan internasional disematkan kepadanya. Organisasi internasional budaya Turkiye, tahun lalu mengumumkan Bursa sebagai ibukota kebudayaan Turkiye. UNESCO pada tahun 2014 juga turut mendeklarasikan Bursa sebagai tempat lahirnya Kesultanan Ottoman yang menjadikannya masuk ke dalam daftar warisan sejarah dunia.

ICAST UNIDA Gontor sebagai pusat studi internasional fokus menjalankan perannya dalam menyebarluaskan literasi wakaf baik di dalam dan luar negeri. GISWAF menjadi program unggulan divisi edukasi dan literasi wakaf. Kegiatan edukasi ini digelar perdana di provinsi Kalimantan Timur yang tengah dipersiapkan menjadi ibukota negara saat ini. Salah satu tujuan dari gerakan edukasi ini yaitu meningkatkan pemahaman kepada masyarakat tentang perwakafan dari beberapa aspek diantaranya dari sisi fikih, regulasi dan dampak ekonominya. Tahun ini, Turkiye dipilih menjadi negara tujuan GISWAF utamanya bagi masyarakat Indonesia yang berdomisili disana. Berdasarkan data KBRI Ankara tahun 2020, terdapat sekitar 4.500 WNI yang menetap dan tersebar di 81 provinsi di Turkiye. Unsur pelajar dan mahasiswa dengan jumlah 60 persen adalah yang paling dominan.

Dalam program silaturahim ke sejumlah provinsi di Turkiye, Direktur ICAST menjadwalkan GISWAF ke dalam agenda pentingnya selama 3 hari di Bursa. Program dimulakan dengan shalat maghrib berjamaah di Gedung Kepemudaan dan Olahraga dekat universitas Bursa Uludag. Gedung Makrifah berlantai 5 yang juga berfungsi sebagai asrama mahasiswa memiliki fasilitas lengkap dan modern. Hall di lantai 2 petang itu menjadi tempat yang kondusif dan representatif untuk menyampaikan materi GISWAF. Direktur ICAST menyampaikan tema seputar fikih wakaf kepada sejumlah pelajar dan mahasiswa dari Indonesia, Malaysia, Sudan, Kirgistan, dan Turkiye. Penyampaian program edukasi dikemas selama 2 jam dalam bahasa Indonesia, Arab dan sesekali Turkce.

 Pertanyaan seputar perbedaan konsep zakat, infak, sedekah dan wakaf (ZISWAF) mengawali materi yang disampaikan. Ternyata hampir semua hadirin belum mampu menjawab dengan benar. Mayoritas masih memahami makna yang bercampur baur antara keempat akad dalam Islam tersebut. Bahkan jumlah golongan penerima zakat pun, diantara mereka masih ada yang kurang tepat menjawabnya. Terlebih definisi wakaf yang masih dianggap awam bagi sebagian besar yang hadir. Satu per satu kemudian, keempat akad tersebut dipetakan persamaan dan perbedaannya dari sisi bahasa, makna dan fikihnya. 

Sebelum penutup, pemateri membuka sesi tanya jawab. Banyak pertanyaan diutarakan oleh hadirin yang mayoritas tengah menempuh program tahfidz al-Qur’an dan sarjana di Istanbul dan Bursa. Dari pertanyaan tampak bahwa literasi terhadap wakaf masih sangat perlu ditingkatkan bagi masyarakat luas. Sejarah kegemilangan Islam yang pernah mengamalkan wakaf nampak telah diredupkan sehingga generasi kini hampir melupakan. Alhamdulillah, respon positif dan kesadaran hadirin terhadap perwakafan meningkat setelah program GISWAF berakhir. Peningkatan literasi ini diharapkan dapat berkontribusi bagi negeri.

ReporterShaheeda Karabuk   

Leave a Reply